Teknologi Modern Tingkatkan Hasil Padi Klaten, Prof. Anton Widyatmoko: Klaten Siap Jadi Lumbung Pangan Masa Depan
![]() |
Dari kiri Ke Kanan, Poniman(Sekjen PWK), Prof. Anton Widyatmoko, dan Supriyanto(Ketum PWK) bincang santai tentang pertanian di Klaten |
Cibinong, 22 April 2025 – Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang dikenal sebagai salah satu lumbung padi nasional, kini tengah mengembangkan teknologi pertanian modern guna meningkatkan hasil produksi. Inovasi ini merupakan hasil riset Prof. Anton Widyatmoko, peneliti kehutanan dan lingkungan asal Klaten yang kini terlibat dalam program konservasi dan pengembangan pertanian terpadu.
Ketua Umum Paguyuban Warga Klaten, Supriyanto, menyebutkan bahwa pengembangan teknologi ini sangat relevan untuk menjawab tantangan pertanian masa kini, termasuk perubahan iklim dan efisiensi produksi.
“Klaten harus terus berkembang. Dengan dukungan teknologi, hasil panen padi bisa meningkat signifikan. Riset Prof. Anton menunjukkan hasil positif, dengan peningkatan produktivitas mencapai 30 persen bahkan lebih di beberapa desa percontohan,” kata Supriyanto saat ditemui pwkonline.com di sebuah kafe di kawasan Cibinong, Bogor, Selasa (22/4/2025) sore.
Teknologi yang dikembangkan mencakup penggunaan sensor kelembaban tanah, penginderaan jarak jauh menggunakan drone, serta penerapan varietas unggul tahan iklim. Pendekatan ini dinilai adaptif terhadap kondisi geografis dan budaya tanam petani lokal.
Menurut Supriyanto, petani yang terlibat dalam program ini tidak mengalami kesulitan berarti. Sebaliknya, mereka merasa terbantu dalam pengambilan keputusan terkait waktu tanam, pola pemupukan, hingga prediksi panen.
“Yang menarik, teknologi ini bersifat tepat guna dan ramah petani. Tidak mahal dan mudah dipelajari,” ujarnya.
Prof. Anton Widyatmoko mengatakan, teknologi ini dirancang untuk memperkuat ketahanan pangan daerah tanpa meninggalkan kearifan lokal.
“Kita tidak sedang menggantikan cara bertani tradisional, tapi memperkuatnya dengan data. Teknologi ini membantu petani membuat keputusan yang lebih akurat, sehingga mereka tidak sekadar bertani berdasarkan kebiasaan, tetapi juga berdasarkan informasi,” ujar Anton.
Ia menambahkan, hasil positif dari program ini menunjukkan bahwa pertanian di daerah bisa maju dengan pendekatan ilmiah yang sederhana namun berdampak besar.
“Klaten punya potensi besar, bukan hanya sebagai lumbung padi, tapi juga pusat inovasi pertanian berbasis komunitas,” lanjutnya.
Paguyuban Warga Klaten berencana menjalin kolaborasi lebih luas dengan akademisi, pemerintah daerah, dan kelompok tani. Supriyanto menyebut, rencana jangka menengahnya adalah membangun pusat pelatihan petani berbasis teknologi di Klaten.
“Petani tidak cukup hanya bekerja keras, tapi juga harus bekerja cerdas. Klaten punya potensi besar untuk menjadi contoh nasional,” ucapnya.
Dengan inovasi ini, Klaten diharapkan mampu menjaga statusnya sebagai lumbung padi nasional, sekaligus mendorong kemandirian dan kesejahteraan petani berbasis inovasi.
Alhamdulillah, Prof Widyatmoko sdh melakukan riset. PWK sbg inovasi Klaten mengkoordinasikan kpd petani diberikan arahan dan pelatihan u mengimplementasikan hasil riset tersebut. Semangat! Kemarin say bawa beras mentik dr Delanggu 5 kg harga 75 RB.
BalasHapusAlhamdulillah, Prof Widyatmoko sdh melakukan riset. PWK sbg inovasi Klaten mengkoordinasikan kpd petani diberikan arahan dan pelatihan u mengimplementasikan hasil riset tersebut. Semangat! Kemarin say bawa beras mentik dr Delanggu 5 kg harga 75 RB.
BalasHapus