Prof. Anton Widyatmoko Dorong Penggunaan Pupuk KOMSAH untuk Pulihkan Tanah Pertanian di Klaten

Pupuk Organik yang dikembangkan oleh Prof. Anton Widyatmoko

Klaten, pwkonline.com – Kerusakan tanah pertanian menjadi persoalan utama yang saat ini dihadapi para petani di Kabupaten Klaten. Hal ini disampaikan oleh Prof. Anton Widyatmoko, peneliti kehutanan dan pertanian asal Klaten, yang saat ini tengah aktif mendorong penerapan pupuk organik berbasis seresah sebagai solusi pemulihan tanah.

“Saat ini yang saya tambahkan ke petani baru hanya penggunaan pupuk organik berbasis seresah. Saya namakan pupuk KOMSAH, atau Kompos Seresah,” ujar Prof. Anton dalam wawancara bersama tim Paguyuban Warga Klaten (PWK), Senin (22/4/2025).

Menurutnya, pupuk KOMSAH dapat menyehatkan kembali tanah dalam waktu relatif singkat, sehingga berdampak langsung pada peningkatan hasil panen baik dari segi kuantitas maupun kualitas.

“Dengan pupuk KOMSAH, tanah bisa kembali sehat. Hasil panen meningkat, keuntungan petani juga makin besar,” tambahnya.

Tak hanya meningkatkan produksi, penerapan pupuk KOMSAH secara luas dipercaya mampu menjaga Klaten tetap sebagai salah satu lumbung padi nasional yang strategis, sekaligus menjawab tantangan masa depan pertanian: mencetak hasil panen yang melimpah dan bermutu tinggi secara berkelanjutan.

“Kalau tanah sehat, petani semangat, teknologi mendukung—Klaten akan jadi contoh pertanian maju. Kita bukan sekadar menghasilkan banyak, tapi juga berkualitas tinggi,” jelas Prof. Anton.

Selain soal pupuk, Prof. Anton juga menyampaikan pentingnya penerapan teknologi pertanian seperti drone dan mekanisasi alat tanam untuk menarik minat generasi muda.

“Ke depan, kita perlu masukkan teknologi yang memudahkan pekerjaan, agar generasi milenial tertarik jadi petani. Tapi inti masalah saat ini tetap pada kondisi tanah yang sudah rusak,” tegasnya.

Pernyataan tersebut diamini oleh Ketua Umum PWK, Supriyanto, yang selama ini aktif menjalin komunikasi dengan kelompok tani di berbagai wilayah Klaten.

“Kami melihat langsung di lapangan. Banyak petani mengeluh hasil panen menurun, dan ternyata masalah utamanya memang di tanah. Maka solusi dari Prof. Anton ini sangat relevan dan dibutuhkan,” ujarnya.

PWK mendukung penuh inisiatif penggunaan pupuk KOMSAH dan mendorong adanya pelatihan terpadu agar petani lokal dapat menerapkan inovasi ini secara mandiri. Kolaborasi antara peneliti, komunitas, dan petani diharapkan menjadi kunci menuju pertanian Klaten yang berkelanjutan, modern, dan tetap menjadi andalan nasional dalam memenuhi kebutuhan pangan bangsa.


Restorasi Tanah Klaten Butuh Komitmen Bersama

Upaya Prof. Anton Widyatmoko dalam mengembalikan kesuburan tanah di Klaten melalui pupuk KOMSAH mendapatkan respons dari berbagai kalangan, termasuk tokoh masyarakat dan warga yang peduli terhadap masa depan pertanian.

Sarjono, tokoh masyarakat asal Klaten, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi tanah pertanian yang sebagian besar telah mengalami kerusakan akibat eksploitasi berkepanjangan dan minimnya perhatian dari pemerintah daerah.

“Memang mengembalikan tanah Klaten yang hampir semuanya sudah rusak ini... Karena tindakan eksploitasi para petani yang notabene buta mekanisasi dan teknologi pertanian, serta lemahnya perhatian Pemkab Klaten terhadap keberlangsungan hajat hidup orang banyak di kemudian kelak,” ujar Sarjono.

Menurutnya, langkah besar seperti ini membutuhkan komitmen kuat dari Bupati Klaten, serta keterbukaan politis dari Pemkab Klaten dalam merancang kebijakan jangka panjang yang berpihak pada pemulihan ekosistem pertanian. Ia juga menegaskan perlunya cawe-cawe para intelektual dan tokoh Klaten, baik yang berada di pusat maupun di lingkungan akademik.

Menanggapi hal tersebut, Prof. Anton mengamini pentingnya kolaborasi berbagai pihak dalam gerakan penyelamatan tanah Klaten. Namun ia juga menyoroti satu tantangan tersendiri: minimnya keterlibatan petani dalam isu tanah secara menyeluruh, terutama karena sebagian besar dari mereka hanyalah penyewa atau penggarap.

“Kalau petani diajak untuk ikut memikirkan soal tanah, sepertinya agak sulit. Karena sebagian besar petani Klaten adalah penggarap atau penyewa. Yang ada di dalam pikiran mereka hanyalah bagaimana meningkatkan hasil panen dan menambah keuntungan,” jelas Prof. Anton.

Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya pendampingan yang melekat dari berbagai pihak, baik pemerintah, perguruan tinggi, maupun komunitas lokal agar para petani merasa dilibatkan secara aktif dalam perubahan menuju pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Dengan semakin banyaknya pihak yang mulai menyadari urgensi restorasi tanah, diharapkan Klaten mampu bangkit sebagai lumbung pangan nasional yang bukan hanya produktif, tetapi juga berwawasan ekologis.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dishub Klaten dan PWK Siapkan 10 Armada Bus Mudik Gratis untuk Warga Perantauan

Halal Bihalal Pemudik di Pendopo Kabupaten Klaten, Bersama Tokoh masyarakat dan Pejabat Kabupaten Klaten

TOL Surakarta-Klaten Resmi Dibuka, Manfaat Besar bagi Warga Klaten (part 1)